(dari kitab Musthalah Hadits, syaikh Shalih Utsaimin)
Manfaat dan buah dari ilmu adalah mengamalkan ilmu yang dimiliki. Oleh karena itu, barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya, maka ilmu tersebut justru akan menjadi malapetaka baginya dan akan menggugatnya pada hari Kiamat kelak.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“..dan Al-Qur’an itu akan membelamu atau justru menggugat dirimu.” (HR. Muslim)
Guru maupun murid memiliki adab-adab yang harus diperhatikan. Diantara adab tersebut terdapat adab-adab yang diperuntukkan bagi keduanya dan terdapat adab-adab yang diperuntukkan khusus untuk salah satu pihak.
Adab-Adab bagi Guru dan Murid
- Ikhlas dengan niat hanya untuk Allah, yaitu dengan berniat mempelajari ilmu dan mengajarkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menjaga dan menyebarkan syariat-Nya serta menghilangkan kebodohan pada diri sendiri dan umat.
Barangsiapa mempelajari ilmu syar’i dengan niat untuk mendapatkan bagian duniawi, berarti telah menyodorkan dirinya ke dalam siksaan.
Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya dilakukan untuk mencari wajah Allah, namun dia mempelajarinya untuk mencari dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya bau surga pada hari kiamat kelak.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).Beliau juga bersabda:
“Barangsiapa mencari ilmu untuk menyaingi ulama, menyombongkan diri di hadapan orang-orang bodoh, atau agar menarik perhatian manusia, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka.” (HR. At Tirmidzi). - Mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Siapa mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya, niscaya Allah akan mewariskan ilmu yang sebelumnya tidak ia ketahui. Allah ta’ala berfirman,“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.” (QS. Muhammad [47]: 17).
Sebaliknya, siapa saja yang tidak mengamalkan ilmunya, maka bisa saja Allah akan mencabut ilmu yang telah dimilikinya. Allah ta’ala berfirman:“(Akan tetapi), karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka.” (QS. Al Ma`idah: 13). - Berhias dengan akhlak yang mulia. Di antaranya adalah bersikap tenang, berpenampilan rapi, lemah-lembut, banyak berbuat kebajikan, tidak mengganggu orang lain, dan berbagai akhlak lainnya yang dipuji oleh syari’at maupun sesuai urf, kebiasaan masyarakat.
- Menjauhi akhlak yang buruk. Di antaranya adalah berbuat keji, suka mencela, mengganggu orang lain, kasar, bersikap lemah yang tercela baik dalam perkataan maupun perbuatan, dan juga berbagai akhlak buruk lainnya yang dicela oleh syari’at maupun kebiasaan masyarakat.
Adab-Adab Khusus untuk Guru
- Bersemangat dalam menyebarkan ilmu melalui berbagai media yang ada. Hendaknya ia menyampaikan ilmu kepada muridnya dengan bersikap antusias dan berlapang dada, dengan mengharap kenikmatan dari Allah berupa ilmu dan cahaya (iman) yang diberikan kepadanya. Dan sepatutnya ia mempermudah (metode pengajaran) kepada orang yang akan mewarisi ilmunya dan tidak menyembunyikan ilmu saat manusia membutuhkan penjelasannya atau ketika ada orang yang meminta bimbingan kepadanya.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa ditanya tentang ilmu yang diketahuinya, kemudian dia malah menyembunyikan ilmu itu, maka pada hari Kiamat kelak dia akan diberi tali kekang dari api neraka.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi). - Bersabar atas segala gangguan dan interaksi yang buruk dari thullab, sehingga sang guru dapat memperoleh pahala yang disediakan oleh kalangan yang mampu bersabar.
Tetap selalu berusaha untuk bersabar dan kokoh dalam menghadapi gangguan orang lain. Namun demikian, ia tetap memberikan pengarahan, bimbingan, dan peringatan dengan cara yang hikmat atas kejelekan yang mereka lakukan agar kewibawaannya tidak hilang di mata mereka sehingga membuat dirinya malas dalam mengajarkan ilmu kepada mereka. - Sebagai panutan bagi para murid dalam hal agama dan akhlak. Karena sungguh seorang guru memiliki pengaruh yang besar terhadap sang murid. Sehingga sang murid merupakan cermin yang menggambarkan kondisi keagamaan dan akhlak sang guru.
- Menggunakan metode termudah dalam menyampaikan ilmu kepada muridnya serta menghindari berbagai metode yang dapat menghalangi hal tesebut. Hendaknya ia memperhatikan metode penyampaian ilmu dengan menggunakan contoh, menjelaskan kandungan ilmu dan menumbuhkan kecintaan dalam hati para murid. Hal ini selayaknya dilakukan untuk memperkokoh proses bimbingan terhadap diri mereka, meningkatkan perhatian para murid terhadap ucapan sang guru dan memudahkan mereka dalam menerima arahan gurunya.
Adab-Adab Khusus bagi Murid
- Mengerahkan segala daya dan upaya untuk memperoleh ilmu, karena ilmu tidak dapat diperoleh dengan bersantai-santai. Seorang murid hendaknya menempuh segala cara yang dapat mengantarkan dirinya kepada ilmu. Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
- Mempelajari ilmu mulai dari yang paling penting yang dibutuhkan baik dalam urusan agama maupun dunia karena hal ini termasuk bentuk penerapan sikap yang bijaksana (hikmah)“..dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, maka dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Hanya orang-orangberakal yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (QS. Al Baqarah: 269).
- Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dalam mencari ilmu, yakni tidak bersikap sombong (enggan) untuk mencari faedah ilmu dari siapa pun. Sikap tawadhu’ kepada ilmu merupakan kehormatan dan merendahkan diri dalam mencari ilmu merupakan kemuliaan. Betapa banyak orang memiliki ilmu lebih sedikit daripada engkau, namun ternyata ia memiliki ilmu dalam masalah tertentu yang tidak engkau ketahui.
- Menghormati dan menghargai guru sesuai dengan kedudukannya. Sesungguhnya guru yang memberi nasehat memiliki kedudukan seperti seorang ayah yang memberikan makanan ilmu dan iman kepada jiwa. Diantara hak yang patut ia peroleh adalah penghormatan dan penghargaan dari murid tanpa diiringi sikap ghuluw (berlebihanlebihan) dan taqshir (kurang ajar). Seorang murid hendaknya bertanya kepada guru layaknya seorang yang meminta bimbingan dan pengarahan, bukan bertanya dalam rangka menguji atau dengan bersikap sombong. Seorang murid hendaknya bersabar atas sikap keras, kasar, serta bentakan yang terkadang dilakukan oleh sang guru. Sikap guru yang demikian itu, bisa jadi dikarenakan pengaruh eksternal, sehingga dalam kondisi tersebut sang guru tidak mampu bersabar terhadap sang murid.
- Bersemangat untuk merevisi, memperkuat dan menghafal ilmu yang telah dipelajari di dalam dada maupun dalam catatan. Sesungguhnya manusia seringkali dihinggapi sifat lupa. Sehingga apabila seorang penuntut ilmu tidak bersemangat dalam memperkokoh dan menghafal ilmu, niscaya ilmu yang telah ia pelajari akan terlupakan dan sia-sialah usaha yang telah ia kerahkan.
Ilmu itu ibarat binatang buruan, sedangkan catatan adalah tali pengikatnya.
Karena itu, ikatlah binatang buruanmu dengan tali yang kuat.
Termasuk tindakan bodoh jika engkau menangkap seekor kijang,
lalu engkau biarkan terlepas begitu saja di tengah-tengah keramaian.
Penuntut ilmu hendaknya menjaga kitab-kitabnya agar tidak hilang dan tidak rusak karena kitab-kitab itu adalah investasi dalam hidupnya dan rujukan baginya ketika ia membutuhkan.